TEORI PEMEROLEHAN BAHASA KEDUA
Diajukan
Untuk Memenuhi Salah satu tugas
Mata Kuliah “Bahasa Indonesia MI/SD 1”
Diampu oleh :
Dra.
Siti Zumrotul Maulida, M.Pd.I
Disusun oleh:
Neda Aulia Ifadani (1725143201)
Nila Rukmana Sari (1725143206)
Siti Hartatik (1725143272)
JURUSAN
PENDIDIKAN GURU MADRASAH
IBTIDAIYAH
FAKULTAS
TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN IIIE
INSTITUT AGAMA
ISLAM NEGERI TULUNGAGUNG
2015
A.
PENDAHULUAN
1.1
Latar belakang
Manusia menggunakan
bahasa sebagai alat komunikasi dan alat untuk berinteraksi antara sesamanya.
Sejak lahir manusia telah memiliki kemampuan dan kesiapan untuk memperoleh dan
mempelajari bahasa. Pada tahap awal perkembangannya manusia mulai masuk dalam
tahap pemerolehan bahasa Ibu atau bahasa pertama yaitu proses pemerolehan
bahasa yang pertama kali. Pemerolehan bahasa pertama bertujuan untuk komunikasi
antara Ibu dan anak bahkan dengan keluarga serta lingkungan sekelompoknya pada masa waktu tertentu. Setelah seseorang memperoleh bahasa pertama, bahasa lainnya dalam hal ini disebut bahasa kedua. Untuk memahami teori
pemerolehan bahasa
kedua pada suatu individu,
dalam makalah ini akan
diterangkan
teori serta metode pengajaran bahasa kedua.
1.2
Rumusan masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, masalah
dapat dirumuskan seperti berikut.
1.2.1
Apa definisi Pemerolehan
Bahasa Kedua?
1.2.2
Apa definisi
Metode Pengajaran Bahasa Kedua?
1.2.3
Apa
macam-macam Metode Pengajaran Bahasa Kedua?
1.3 Tujuan
Masalah
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan
yang dicapai dalam penelitian sebagai berikut.
1.3.1
Untuk
mendeskripsikan
definisi Pemerolehan Bahasa Kedua.
1.3.2
Untuk mendeskripsikan Metode Pengajaran Bahasa Kedua.
1.3.3
Untuk
mendeskripsikan macam- macam Metode Pengajaran Bahasa Kedua.
B.
PEMBAHASAN
2.1 Teori Pemerolehan
Bahasa Kedua
a.
Pengertian Pemerolehan Bahasa Kedua
Bahasa merupakan alat yang
dipergunakan untuk komunikasi antar anggota masyarakat berupa lambang bunyi
yang dihasilkan oleh alat ucap manusia. Sedangkan bahasa kedua merupakan bahasa
sendiri yang dikuasai bersama bahasa ibu oleh pemakai bahasa.
Pemerolehan Bahasa Kedua dalam
Bahasa Inggris (
Second-language acquisition) adalah studi yang membahas tentang bagaimana bahasa
kedua dipelajari oleh individu, dengan kata lain yaitu studi tentang akuisisi
atau pemerolehan bahasa selain bahasa ibu.
Menurut Dardjowidjojo istilah
pemerolehan dipakai untuk menerjemahkan bahasa Inggris,
aquesition yang
diartikan sebagai proses penguasaan bahasa secara alami dari seorang anak saat
ia belajar bahasa ibunya.
Ada beberapa pengertian
terhadap pemerolehan bahasa kedua yaitu:
1)
Menurut Wikipedia, pemerolehan bahasa kedua adalah proses seseorang
belajar bahasa kedua disamping bahasa ibu mereka. Pemerolehan bahasa kedua
merujuk kepada apa yang siswa lakukan dan tidak merujuk pada apa yang guru
lakukan.
2)
Menurut Chaer A. dan
Agustina,
Pemerolehan bahasa kedua atau bilingualisme adalah
rentangan bertahap yang dimulai dari menguasai bahasa pertama (B1) ditambah
mengetahui sedikit bahasa kedua (B2), lalu penguasaan B2 meningkat secara
bertahap, sampai akhirnya menguasai B2 sama baiknya denganB1.
3) Menurut Akhadiah, dkk ,
pemerolehan bahasa kedua adalah proses saat seseorang
memperoleh sebuah bahasa lain setelah lebih dahulu ia menguasai sampai batas
tertentu bahasa pertamanya.
b.
Tahap-Tahap Pemerolehan Bahasa Kedua
Tahap 1 : Preproduksi
Tahap awal adalah preproduksi, yang dikenal juga
dengan periode diam, di mana pelajar tak banyak bicara karena mereka
hanya memiliki kosakata reseptif hingga 500 kata. Tetapi,
tidak semua pelajar melalui tahap periode diam. Beberapa
pelajar langsung memasuki tahap berbicara, meskipun kata-kata yang mereka
gunakan hanya meniru, bukan kreativitas sendiri. Bagi para pelajar yang melewati periode diam, biasanya
hal itu hanya berjalan selama tiga sampai enam bulan.
Tahap 2 : Produksi awal
Tahap kedua dari pemerolehan bahasa kedua adalah
produksi awal, dimana dalam tahap ini pelajar dapat berbicara dalam frasa
pendek antara satu atau dua kata. Mereka juga dapat
mengingat potongan-potongan kata dalam bahasa kedua, meskipun masih mengalami
banyak kesulitan dan kesalahan saat menggunakannya. Pelajar bahasa kedua dalam tahap ini telah memiliki
baik kosakata aktif dan pasif sekitar 1000 kata. Tahap ini normalnya berlangsung selama enam bulan.
Tahap 3 : Awal bicara
Tahap ketiga adalah awal bicara. Kosakata pelajar bahasa kedua pada tahap ini
meningkat hingga 3000 kata, dan mereka mampu berkomunikasi menggunakan kalimat
tanya sederhana. Mereka juga masih mengalami
kesalahan gramatika.
Tahap 4 : Fasih
Tahap setelah awal bicara adalah
fasih menengah, yaitu tahap di mana pelajar telah memiliki lebih dari 6000
kosakata, dan dapat menggunakan kalimat dengan struktur yang lebih
kompleks.Pada tahap ini juga mereka mampu berbagi pikiran dan pendapat. Namun, tetap saja pelajar
masih menemukan kesalahan selama membentuk kalimat-kalimat kompleks.
Tahap
5 : Mahir
Tahap terakhir adalah mahir, yang
biasanya tercapai antara lima sampai sepuluh tahun belajar bahasa kedua. Pada
tahap ini, kemampuan pelajar semakin dekat dengan penutur asli.
2.2 Pengertian
Metode Pengajaran Bahasa Kedua
Metode didefinisikan sebagai cara
teratur yang digunakan untuk melaksanakan suatu pekerjaan agar tercapai sesuai
yang dikehendaki. Selain itu metode juga didefinisikan sebagai cara kerja yang
bersistem untuk memudahkan pelaksanaan suatu kegiatan guna mencapai tujuan yang
ditentukan. Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, metode diartikan sebagai
sistem perencanaan pembelajaran Bahasa Indonesia secara menyeluruh untuk
memilih, mengorganisasikan, dan menyajikan materi pelajaran Bahasa Indonesia
secara teratur.
Metode
pengajaran adalah pola-pola tindakan pembelajaran yang dirancang untuk mendapatkan hasil pembelajaran
tertentu. Tiap-tiap metode pengajaran menggunakan asumsi tertentu tentang sifat
bahasa, proses belajar, peran guru dan peran pembelajar, serta jenis-jenis
kegiatan pembelajaran dan meteri pengajaran.
Ada beberapa metode pengajaran bahasa kedua yaitu
sebagai berikut :
1. Senyap
Metode ‘Senyap’, metode ini
dikemukakan oleh G. Lozanov, seorang pakar kedokteran, psikologi dan pendidikan
pada pertengahan tahun1960.Metode ini lebih menekankan pada penggunaan
perasaan, sebuah terapi pendidikan secara psikologis. Pengajaran dengan metode
ini meminta pengaturan khusus terhadap suasana kelas, satu bagian yang
menjadikan suasana kelas sebagai materi pelajaran tak langsung. Di dalam kelas
dapat di tambahkan aksesoris pendukung seperti menggantung gambar peta negara
yang bahasanya sedang dipelajari ataupun menyetel sebuah lagu secara
terus-menerus sebagai backsound pada saat mengajar.
2. Respon Fisik Total ( Total Physical Response)
Seperti halnya pada metode langsung dalam
proses pengaajaran hanya digunakan bahasa kedua saja. Pendekatan ini didasarkan pada
keyakinan bahwa pemahaman menyimak haruslah dikembangkan secara penuh, seperti
halnya dengan anak-anak belajar bahasa
ibu mereka, sebelum ada partisipasi lisan aktif dari para siswa yang dapat
diharapkan.
Guru memberikan contoh
gerakan atau tindakan yang diperintahkan itu sehingga siswa secara tidak
langsung mendapatkan struktur tatabahasa dan kosakata dari bahasa target.
Ada tiga gagasan pokok yang melandasi gagasan
ini :
a.
Pemahaman
bahasa lisan harus mendahului kemampuan berbicara.
b.
Pemahaman
dan retensi paling baik dicapai melalui gerakan fisik pelajar sebagai tanggapan
terhadap perintah. Bentuk perintah dalam bahasa merupakan sarana yang ampuh
karena dapat digunakan untuk mengarahkan perilaku pelajar serta membimbing pada
pemahaman melalui tindakan.
c.
Pelajar
jangan dipaksa berbicara sampai mereka siap. Setelah mereka menginternalisasi
bahasa kedua, kemampuan berbicara akan tumbuh dengan sendirinya.
Dalam pelaksanaannya di
kelas, pendekatan ini diterapkan melalui langkah – langkah:
1) Latihan mendengarkan : Pelajar duduk
mengelilingi guru dengan cermat mendengarkan perintah – perintah guru dalam B2.
Pelajar didorong memberikan respon dengan cermat tanpa ragu – ragu dengan
melakukan perintah itu. Perintah itu mula – mula pendek – pendek tetapi lama
kelamaan merupakan kalimat yang lengkap.
2) Produksi : Menurut Asher yang dikemukakan
oleh Hadley setelah latihan mendengarkan selama 10 jam, pelajar dianjurkan
bertukar peran dengan guru dan memberikan perintah dalam B2. Pertukaran peran
ini dilanjutkan dengan lakon pendek dan seterusnya dengan pemecahan masalah.
3) Membaca dan menulis : Pendekatan ini
sebenarnya tidak menyinggung kegiatan membaca dan menulis. Namun pada skhir
pelajaran guru menuliskan struktur atau kata – kata B2, tanpa padannya dalam B1,
dan pelajar mencatat dalam bukunya.
Metode
ini mempunyai potensi yang sangat besar untuk mengaktifkan para siswa karena
situasi dalam kelas memang hidup memberi kesempatan pada siswa untuk
mengujicobakan keterampilan mereka dengan cara yang kreatif.
3. Grammar-Terjemahan
Metode
grammar-terjemahan atau tata bahasa dan terjemahan merupakan metode yang diwarisi dari
pola-pola pengajaran bahasa latin. Metode ini menekankan pada bagaimana membuat
siswa menguasai aturan-aturan tatabahasa dan kosa kata dengan memberikan daftar
kosakata dan artinya kepada siswa untuk digunakan didalam membaca teks tertulis
dalam pelajaran. Aturan-aturan tatabahasa ini dipelajari secara deduktif
(diberikan penjelasan dulu tentang maknanya baru kemudian diterapkan dalam
praktek membaca/menulis). Para siswa menerjemahkan wacana-wacana dari bahasa
target kebahasa pertama yang sudah ia kuasai dan sebaliknya. Dalam metode ini,
kemampuan menyimak dan berbicara tidak dikembangkan.
Adapun ciri-ciri utama metode grammar-terjemahan atau tata
bahasa dan terjemahan adalah :
a.
Siswa mempelajari kaidah-kaidah tata bahasa dan daftar
kosakata yang diarahkan pada bacaan pelajaran yang bersangkutan.
b.
Siswa diberikan
penjelasan tentang aturan-aturan dalam latihan penerjemahan yang merupakan kelanjutan
penjelasan tata bahasa.
c.
Pemahaman terhadap
kaidah-kaidah dan bacaan-bacaan diuji melalui terjemahan dari bahasa sasaran ke
bahasa asli dan sebaliknya.
d.
Bahasa asli (bahasa
ibu) dan bahasa sasaran terus menerus dibandingkan.
e.
Sangat sedikit kesempatan
bagi kegiatan praktek atau latihan menyimak dan berbicara.
Langkah Pengajaran metode terjemahan dan tata bahasa
menurut
Krashen terdiri dari aktivitas berikut :
1) Penjelasan aturan tata bahasa dengan contoh
kalimat.
2) Pemberian daftar kosakata dalam 2 bahasa
(bahasa ibu dan bahasa kedua).
3) Bahan bacaan, yang menekankan pada aturan
tata bahasa dan kosakata.
4) Soal-soal latihan dirancang untuk latihan
pada tata bahasa dan kosakata.
Metode ini memilki
beberapa keunggulan antara lain:
1) Kelas-kelas besar dapat diajar.
2) Guru yang tidak fasih dapat dipakai.
3) Cocok bagi semua tingkat linguistik.
Sementara kelemahan
metode tata bahasa dan terjemahan ini antara lain:
1) Secara linguistic dibutuhkan guru yang
terlatih.
2) Kebanyakan pokok bahasan (subjek matter)
tidak mengenai orang tertentu, dan terpisah serta terpencil dari yang lain.
3) Tidak sesuai bagi orang yang tuna-aksara.
4. Langsung (Direct Method)
Metode pengajaran langsung (direct method) dikembangkan oleh Berlitz, seorang ahli dalam pengajaran bahasa, di Jerman menjelang abad
ke-19. Faktor pendorong kemunculannya dilatarbelakangi oleh penolakan atau ketidakpuasan terhadap metode pengajaran tatabahasa dan terjemahan. Metode pengajaran langsung (direct
method) merupakan salah satu metode pengajaran yang umumnya dipakai dalam
sebuah pembelajaran bahasa kedua, di mana seluruh konstituen yang terlibat
(pengajar dan pelajar), dalam proses pembelajaran bahasa kedua tersebut menahan
diri untuk tidak menggunakan bahasa asli selain bahasa kedua yang diajarkan,
sebagai contoh: pembelajaran bahasa Inggris bagi pelajar orang Indonesia. Di dalam proses pembelajaran bahasa Inggris tersebut
baik pengajar (guru atau dosen) maupun pelajar menggunakan bahasa Inggris bukan
bahasa Indonesia.
Guru mengajar tata bahasa secara induktif, siswa
mencoba menebak aturan bahasa dengan contoh yang diberikan. Guru banyak
berinteraksi dengan siswa, meminta mereka pertanyaan tentang topik yang relevan
dan mencoba untuk menggunakan struktur gramatikal sehari-hari dalam percakapan.
Karakteristik metode pengajaran langsung adalah
sebagai berikut:
a. Pengajaran dilakukan secara induktif
b. Pelajar mengetahui aturan melalui penyajian bentuk linguistik yang memadai
dalam bahasa target.
c. Bahasa asli tidak diperkenankan untuk dipakai.
d. Terdapat asosiasi langsung antara kata-kata, kalimat-kalimat, dengan makna yang dimaksud melalui peragaan/demonstrasi, gerakan, mimik muka, gambar,
bahkan alam nyata. Atas dasar ini proses belajar dapat dilakukan baik didalam
kelas maupun diluar kelas.
e. Untuk memantapkan
pelajar dalam menguasai bahasa asing yang dipelajari, pengajar memberikan latihan
berulang-ulang dengan contoh dan hapalan.
f. Sentralitas pada bahasa lisan termasuk pengucapannya.
g. Kesalahan yang terjadi diperbaiki pada saat pembelajaran.
Ciri utama metode ini adalah :
a) Belajar bahasa harus dimulai dengan sesuatu
yang dekat dengan menggunakan benda – benda di kelas serta tindakan sederhana.
b) Pelajaran dengan metode ini sering
menggunakan gambar tentang kehidupan di masyarakat B2 untuk menghindari
terjemahan yang sama sekali tidak boleh digunakan.
c) Sejak mula pelajar mendengarkan kalimat –
kalimat lengkap sederhana dan bermakna yang seringkali berbentuk tanya jawab.
d) Metode ini sangat mementingkan ucapan yang
tepat telah dimulai sejak awal pelajaran. Untuk itu sering digunakan lambang –
lambang fonesis.
e) Kaidah tata bahasa tidak diajarkan sendiri,
melainkan melalui latihan. Pelajar diharapkan menggeneralisasikan kaidah –
kaidah itu melalui metode induktif. Jika terpaksa, tata bahasa diajarkan dalam
B2.
f) Pemahaman bacaan juga diperoleh melalui
pemahaman : “ langsung “ terhadap teks tanpa harus menerjemah.
Kelebihan
dan Kelemahan Metode Pengajaran Langsung, yaitu:
a. Kelebihan
1) Dengan kedisiplinan mendengarkan dan menggunakan pola-pola
dialog secara teratur para pelajar bisa terampil dalam menyimak dan berbicara,
sebab prioritas utama memang menyimak dan berbicara.
2) Dengan banyaknya peragaan/demonstrasi, gerakan, penggunaan
gambar, bahkan belajar di alam nyata para pelajar bisa mengetahui bayak kosa
kata.
3) Dengan banyak latihan pengucapan secara ketat dalam bimbingan
guru para pelajar bisa memiliki lafal yang relatif lebih mendekati penutur
asli.
4) Para pelajar banyak mendapat latihan dalam
bercakap-cakap,
khususnya mengenai topik-topik lain.
5) Terjadi banyak interaksi antara guru dan
siswa.
6) Siswa lagsung mengerti kesalahan yang
dibuat karena langsung diperbaiki.
7) Pengajaran bahasa kedua lebih intensif
karena metode pengajaran langsung diterapkan dalam kelas kecil.
b. Kelemahan
1) Metode ini tidak berjalan mulus bagi
sekolah-sekolah publik, dikarenakan oleh hambatan anggaran, ukuran ruang kelas,
waktu, dan latar belakang guru.
2) Metode ini lemah fondasi teoritisnya
sehingga jika terdapat keberhasilan yang ditunjuk berperan adalah keterampilan
umum dan kepribadian guru, bukan metodologinya.
3) Metode ini tidak cocok diterapkan pada
kelas besar.
4) Metode ini mengharuskan guru memiliki
kemampuan berbicara, pengetahuan, dan kemahiran dalam menyajikan materi.
5) Kesalahan penafsiran dalam bahasa kedua
bisa terjadi.
5. Audio-Lingual
Metode ini
dikembangkan berdasarkan pandangan empiris tentang bahasa , teori yang
mendasari metode ini berakar pada aliran psikologi dan linguistik. Yang
berkembang pada tahun 40 – an dan 50 – an. Metode audio-lingual menekankan pada pentingnya pola bahasa dalam
pengajaran serta memandang bahasa lisan sebagai bentuk komunikasi yang paling
utama.
Siswa
belajar bahasa sebagai kebiasaan dengan cara mempraktekkan pola-pola kalimat,
seperti lewat latihan berulang (repetition drill, latihan yang persis dengan
model yang diberikan oleh guru), dan latihan transformasi (latihan yang berbeda
dari model yang diberikan guru; siswa diminta untuk melakukan operasi seperti
penggantian, pengulangan kembali, pengisian, ekspansi, meringkas atau
mengintegrasikan). Metode ini sering
dikenal dengan nama metode aural – oral.
Ciri – ciri utamanya adalah :
a. Pada dasarnya bahasa adalah lisan.
b. Bahasa adalah kebiasaan.
c. Yang harus diajarkan adalah bahasa bukan pengetahuan bahasa.
d. Setiap bahasa berbeda dengan bahasa lain.
Seperti
juga metode-metode pengajaran bahasa lainnya, metode
audio-lingual
juga memilki keunggulan dan kelemahan.
Keunggulan
metode audio lingual antara lain:
1) Dapat diterapkan pada kelas-kelas
yang sedang.
2) Memberi banyak latihan dan praktek
dalam menyimak dan berbicara.
3) Sesuai bagi semua tingkatan siswa.
Kelemahan metode audio-lingual yaitu:
1) Dibutuhkan guru yang trampil dan
cekatan, ulangan seringkali membosankan serta menghambat penghipotesisan
kaidah-kaidah.
2) Kurang sekali memberi perhatian
pada ujaran yang spontan.
6. Suggestopedia
Metode
Sugestopedia adalah metode pengajaran yang menggunakan teknik-teknik relaksasi
dan konsentrasi untuk merangsang pembelajar agar menggunakan daya pikir bawah
sadarnya untuk menambah kemampuannya mengingat lebih banyak kosakata dan
struktur.
Ciri utama dari
pendekatan ini adalah:
a. penciptaan suasana pembelajaran yang "sugestif".
b. merangsang pikiran bawah sadar dengan
menggunakan cahaya yang lembut, musik barok, tempat duduk yang nyaman, dan
teknik-teknik dramatis yang dilakukan guru untuk menyajikan materi bahasa.
Kegiatan pengajaran dengan metode ini terdiri dari
tiga bagian, yaitu:
1) Pertama, siswa membaca materi
pelajaran sebelumnya melalui percakapan, permainan atau skit (drama humoris
yang pendek).
2) Berikutnya, bahan baru disajikan
melalui dialog-dialig panjang yang didasarkan pada situasi nyata. Tahap ini
diikuti dengan "active concert" dan "passive
concert".
3) Sesi ketiga disebut fase aktivasi (activation
phase). Pada tahap ini diberikan penguatan terhadap materi baru yang sudah
dipelajari pada fase kedua.
7. Komunitas Pebelajar Bahasa (Community Language Learning)
Komunitas pebelajar
bahasa (Community Language Learning) merupakan sebuah pendekatan dalam pengajaran bahasa
yang memberi penekanan pada peranan ranah afektif dalam mempromosikan belajar
kognitif. Guru perlu memerhatikan kebutuhan individual dari para
siswa serta apa ketakutan-ketakutan atau masalah-masalah siswa dalam
pembelajaran. Dengan membangkitkan perasaan diterima oleh lingkungan (sense
of community) dalam diri siswa maka guru bisa mengarahkan energi positif
siswa pada pembelajaran bahasa.
Ciri
utama pendekatan Community Language
Learning
antara lain:
a. guru bertindak sebagai “knower/councelor”.
b. guru menyediakan bahasa yang dibutuhkan siswa untuk mengekspresikan diri.
c. kelas terdiri dari enam sampai duabelas pelajar yang duduk dalam suatu
lingkaran kecil dengan seorang atau dua orang guru yang berdiri di luar
lingkaran dan siap membantu.
d. teknik-teknik dipakai dapat mungkin mengurangi kegelisahan dalam kelompok
dan meningkatkan pengekspresian gagasan dan perasaan secara bebas.
Keunggulan metode ini adalah bahasa dipakai dalam
konteks bagi interaksi personal (personal interaction).
Sementara kelemahan metode ini
adalah :
1) bahwa metode ini hanya dapat dipakai untuk kelompok
kecil saja.
2) dibutuhkan guru yang terampil dalam bidang
linguistik.
3) percakapan kerapkali terasa dipaksakan atau terasa
kaku, atau sebaliknya terasa muluk-muluk dan tidak wajar.